Sejarah Pulau Jeju Korea yang Kelam
Bagi para turis asing yang datang berlibur ke Korea pasti tidak akan puas apabila belum menginjakkan kakinya di Pulau Jeju. Pulau yang sering kali menjadi latar pembuatan drama romantis Korea karena pemandangan alamnya yang indah menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisataan. Akan tetapi, apakah kalian tahu, dibalik keindahan pulau paling selatan semenanjung Korea ini, ternyata ada kisah kelam dan menyedihkan yang tersimpan.
Baek Ga-yoon dan Kang Eun-jo yang merupakan perwakilan dari Jeju Dark Tours mengungkapkan sejarah keram tentang pulau tersebut kepada media.
Jeju Dark Tours sendiri merupakan sebuah grup sipil yang terbentuk dari masyarakat umum yang peduli akan fakta-fakta sejarah yang ada di Pulau Jeju. Mereka akan memberikan para turis fakta serta informasi tentang tragedi yang terjadi di Pulau Jeju yang selama ini dikenal sebagai destinasi utama para turis.
“Para wisatawan menyukai Pantai Hamdeok, tapi mereka biasanya tidak tahu kalau pantai pasir putih tersebut adalah tempat terbunuhnya sejumlah masayarakat (Korea) beberapa dekade lalu,” ungkap Baek Ga-yoo kepada The Korea Times. “Sebenarnya, jurang besar dari Air Terju Jeongbang dulu dipergunakan untuk menyingkirkan mayat-mayat korban yang dibunuh saat pembantaian masal dan mayat-mayat pun masih terkubur dibawah Bandara Internasional Jeju.”Antara bulan April 1947 hingga Mei 1954, sebuah kampanye ‘penindasan’ anti-komunis yang didukung oleh pemerintah membunuh sekitar 10 persen pepulasi Pulau Jeju—kira-kira sekitar 30.000 orang yang diantaranya adalah pria, wanita dan anak-anak—insiden ini kemudian dikenal sebagai ‘Pembantaian Pulau Jeju’.
Baek mengatakan, ada sekitar 800 situs bersejarah yang terkait dengan pemberontakan tersebut, namun samasekali tidak dipelihara dengan baik oleh pemerintah dan beberapa tempat dibiarkan terbengkalai serta terlantar.
“Seperti turis Korea selatan yang akan mencari tahu tentang sejarah tempat destinasi wisata mereka di negara lain, para orang asing yang berkunjung ke Jeju pun akan penasaran tentang sejarahnya. Kami juga berencana untuk memasukan spot yang jelas di peta online menggunakan Google, Naver, dan Daum, agar para turis bisa dengan mudah mengunjungi tempat-tempat ini.”
Ketika ia bekerja bagi People’s Solidarity untuk Demokrasi partisipatif, sebuah organisasi masyarat terbesar di Korea Selatan, Baek dulu bertanggung jawab pada bagian solidaritas internasional yang berhubungan langsung dengan LSM asing dan PPB. Ia percaya, dengan bercermin dari sejarah kelam dari semenanjung korea, akan menolong menyelesaikan tragedi yang tengah berlangsung di negara-negara tetangga termasuk di kejadian Rohingya di Myanmar.
Baek berpendapat bahwa, jika kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah, maka sejarah tersebut tidak akan terulang kembali di tengah-tengah masyarakat karena adanya kesadaran di benak masyarakat.
Sejujurnya, Baek tidak bermaksud untuk mengganggu tempat mencari ketenangan para turis di Pulau Jeju dengan mengungkit lagi sejarah mengerikan tersebut. Namun, untuk tetap memuaskan rasa ingin tahu orang-orang dari berbagai negara, daerah, mau pun generasi lainnya, Baek pun melalui organisasi Jeju Dark Tour ini, menyusun program dan rute perjalanan yang disesuaikan dengan tetap menunjukkan lingkungan indah Pulau Jeju, aset budaya, serta keseniannya, namun masih bertema tentang kejadian 3 April (pembantaian masal).
[INFO KELAS ONLINE]
Ingin Menguasai Bahasa Korea? Yuk Ikuti Kelas Onlinenya di Korean First. Materi Terlengkap, Tutor Terbaik, Biaya Termurah, & 100% Berkualitas.
1 Comments
Ada sejarah kelam dibalik keindahannya~