Kesulitan mencari tempat untuk menunaikan ibadah salat lima waktu merupakan tantangan tersendiri bagi para wisatawan muslim. Tidak semua tempat umum dan lokasi destinasi wisata menyediakan tempat khusus untuk beribadah atau pun musola bagi turis muslim. Di Korea Selatan, meskipun di beberapa pusat perbelanjaan seperti di Lotte World telah menyediakan tempat khusus untuk salat. Namun ternyata untuk tempat-tempat umum seperti stasiun masih belum menyediakan tempat seperti itu.
Namun, meskipun sarana dan prasarana yang tidak mendukung seperti itu, para turis muslim tentu tidak menjadikan hal itu alasan untuk tidak menunaikan salat. Hal ini pun menjadi suatu perbincangan hangat di sebuah portal berita Korea, yaitu The Korean Times. Yang mana meliput empat orang turis asal Indonesia yang kedapatan melakukan salat maghrib di salah satu sudut yang ada di Stasiun Hoehyeon.
“Turis Indonesia yang beberapa di antara mereka mengenakan hijab itu menggelar windbreaker mereka dan sajadah di lantai marmer yang dingin, lalu melepas sepatu dan meletakan barang bawaan mereka. Mereka kemudian berdoa menghadap ke arah dinding. Solat maghrib adalah solat keempat dari lima sholat wajib bagi umat islam. Begitu situs berita The Korean Times menggambarkan kondisi turis-turis yang melakukan salat maghrib darurat di stasiun itu.
Upaya Pihak Korea Selatan
Adegan seperti ini sepertinya menunjukkan peningkatan arus pengunjung asing dari banyak latar belakang agama yang seharusnya bisa diterima oleh masyarakat Korea Selatan. Pihak pemerintah Korea Selatan telah mengupayakan banyak sekali kebijakan publik yang mendukung keluarga interasial dan keluarga migran.
Namun, meskipun begitu, para pendatang baru yang berasal dari luar Korea masih sering menjadi sasaran kefanatikan bahkan dari kalangan intelektual dan tokoh terkemuka. Contohnya saja seperti, Hong Joon-pyo yang merupakan pemimpin partai oposisi pemerintah menyebut para pendukung Presiden Moon Jae-in dengan sebutan “Moonslam”. Moonslam merupakan kabungan kata dari nama Preside Moon dan “islam”. Tujuannya adalah untuk mengejek pendukung Presiden Moon karena dianggap mengikuti presiden seperti seorang yang memiliki kepercayaan yang buta arah. Hong mengungkapkan istilah tersebut pada acara Tahun Baru partainya yang dilakukan di Busan dan Ulsan pada hari Senin. Ia pun menjadi politisi pertama yang menggunakan kata ofensif di depan umum.
Kritik
Hal ini pun menuai kritik dari beragam pihak termasuk juru bicara dari partai lain yang mengatakan bahwa kata-katanya tersebut dapat menyebabkan konflik diplomatik dengan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Seperti Indonesia dan Arab Saudi dan mereka pun mengatakan bahwa tindakan Hong tersebut telah mempermalukan negara Korea Selatan sendiri.
Sementara itu, di tengah-tengah masyarakat bawah sendiri. Beberapa orang juga menggunakan bahasa yang menghina untuk memfitnah orang-orang yang bertentangan dengan mereka. Kini telah banyak komunitas akar rumput yang mendukung orang asing untuk melindungi mereka dari warga Korea Selatan yang tidak mengerti tentang kebiasaan mereka
Dukungan untuk kelompok-kelompok masyarakat yang rentan akan tindakan-tindakan kurang terpuji seperti itu disaksikan di Pusat Pers Korea yang berlokasi di Seoul pada bulan Desember tahun lalu. Bertepatan dengan Multicultural Youth Awards yang keenam dan penghargaan kepada 10 anak birasial atas pencapaian mereka dan perbuatan baik mereka. Hal ini bertujuan untuk menipiskan jarang antara bahasa dan budaya serta deskriminasi yang ditujukan pada penampilan mereka dengan memberikan mereka penghargaan prestisius seperti itu.
[INFO KELAS ONLINE]
Ingin Menguasai Bahasa Korea? Yuk Ikuti Kelas Onlinenya di Korean First. Materi Terlengkap, Tutor Terbaik, Biaya Termurah, & 100% Berkualitas.
1 Comments
Terimakasih ka atas infonya~